Pemerhati Literasi Regina : Miris Melihat Kondisi Pendidikan Indonesia Saat ini



Jakarta - Penurunan mutu pembelajaran (learning loss) disinyalir menjadi salah satu penyebab menurunnya kemampuan murid dalam belajar.

Salah satu pemerhati literasi dan penulis novel fiksi di Jakarta, Regina Stevani atau biasa akrab di sapa Penagina mengaku miris melihat kondisi pendidikan Indonesia saat ini.

"Tempo hari Ada sebanyak 29 siswa-siswi di SMPN 1 Mangunjaya yang tidak bisa menulis dan membaca, mereka didominasi laki-laki," ucap Gina, Senin (14/10/2024)

"Dan kini ramai di media sosial anak SMK yang tidak bisa membaca bilangan, hal ini sudah sepatutnya menjadi perhatian khusus para orang tua, para guru dan terlebih kementerian pendidikan, saya rasa perlu adanya evaluasi terkait kurikulum merdeka saat ini, dan sudah pasti bidang pendidikan harus segera berbenah menyelesaikan persoalan ini" tambah Gina.

Beberapa hal yang bisa menjadi menyebabkan seorang murid tidak bisa atau kesulitan membaca. 

1) murid tersebut adalah anak berkebutuhan khusus (ABK) yang dipaksakan belajar di SD umum, sedangkan gurunya kurang memiliki kemampuan dalam menangani ABK.

Sesuai dengan semangat pendidikan inklusif, pihak SD memang tidak bisa menolak jika ada ABK yang mendaftar menjadi peserta didik baru. Kadang hal ini menjadi dilema. Di satu sisi hak anak untuk belajar harus dipenuhi, sedangkan di sisi lain, kompetensi guru dalam menangani ABK terbatas. Akhirnya guru memperlakukan ABK seperti anak pada umumnya. Kadang orang tua pun tidak memberikan informasi bahwa anaknya ABK. Mungkin karena orang tuanya juga tidak tahu bahwa anaknya ABK atau tahu anaknya ABK tapi malu memberi tahu sekolah bahwa anaknya ABK. Bisa juga orang tua tahu anaknya ABK, tapi tidak diperiksa ke psikolog karena terbatasnya biaya.

2) murid mengalami disleksia, yaitu gejala lambat bicara, lambat belajar kata-kata baru, dan lambat membaca. 

3) metode yang digunakan guru mengajarkan membaca kepada muridnya tidak sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik murid. 

4) terbatasnya sumber bacaan yang sesuai dengan minat, kebutuhan, dan usia murid. 

5) rendahnya dukungan orang tua dalam mendampingi anaknya belajar, dan 

6) dampak dari penggunaan gawai dan game online. Anak lebih tertarik atau berminat menggunakan gawai untuk berselancar di media sosial dan bermain game daripada membaca.

Disinyalir adanya penurunan gaya belajar siswa salah satunya disebabkan oleh ketimpangan kurikulum yang tidak sesuai.

Posting Komentar

0 Komentar