Makassar - Insiden bentrokan antara Tenaga Kerja Asing asal cina dan Tenaga kerja lokal menjadi perhatian dari berbagai kalangan dan mendapatkan atensi khusus pemerintah. Hal ini memantik beragam spekulasi terkait jumlah korban dan kerugian materil sehingga terjadi kesimpang siuran informasi, inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh para provokator untuk menciptakan situasi yang semakin mencekam.
Terkait maraknya informasi hoaks yang berkembang pasca kerusuhan di PT. GNI.
Ketua Dewan Ekonomi Indonesia Timur Syarifuddin Daeng Punna yang juga merupakan pelaku dunia usaha pertambangan turut memberikan tanggapan melalui telepon ketika dihubungi oleh wartawan, Menurutnya apa yang terjadi di Morowali tepatnya di lokasi pabrik PT. GNI merupakan insiden yang menimbulkan kerusuhan antara pekerja asing dan pekerja lokal. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari seorang rekan yang kebetulan ada disana, bahwa kejadian tersebut melumpuhkan aktifitas perekonomian disekitar area pabrik, terjadi pembakaran, pengrusakan dan saling serang antar pekerja. Meski kondisi telah berangsur pulih, saya harap agar semua pihak dapat menahan diri dan meminta kepolisian untuk mengusut hingga tuntas permasalahan tersebut agar dapat diketahui siapa dalang dari insiden yang membuat suasana menjadi tidak kondusif dimorowali dan berefek secara nasional.
Kalau terkait dengan diskriminasi para pekerja, seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa kelemahan kita ada pada sumber daya manusia (SDM), kita kalah bersaing dengan pekerja asing karena secara skill kemampuan mereka lebih baik, itu tidak bisa kita nafikkan tutur pria yang disapa SAdAP ini.
Sepengetahuan saya, para TKA yang di datangkan dari luar biasanya memiliki keahlian yang spesifik, Tergantung dengan kebutuhan perusahaan/pabrik bergerak dibidang apa. Sehingga menurut pemahaman saya bahwa Upah pekerja yang di datangkan dari luar sudah sesuai dengan pekerjaannya. Apalagi mereka meninggalkan anak dan istri untuk bekerja di Indonesia maka sudah sepatutnya diberi gaji yang besar, dan kalau menggunakan logika terbalik maka posisi mereka sama dengan TKI yang ada diluar negeri.
Olehnya itu, sebagai Dewan Pendiri Persatuan Adat Nusantara Indonesia (PANI) saya rasa permasalahan ini disebabkan adanya ketersinggungan saja, mungkin bisa jadi karena karakter oknum pekerja asing yang tidak menghargai budaya atau ada hal-hal yang melanggar etika. Ingat bahwa budaya itu merupakan warisan leluhur yang mesti dijaga dan tidak boleh dilanggar urainya.
Saya mengajak semua pihak yang berselisih agar dapat duduk bersama atau unjuk rembug membicarakan solusi, dan kepada aparat kepolisian untuk sesegera mungkin melakukan penyelidikan asal muasal terjadinya bentrok antar pekerja di PT. GNI.
Lanjutnya, ini sebenarnya secara tidak langsung adalah warning juga kepada perusahaan penyalur tenaga kerja asing dan penyedia jasa tenaga kerja lokal atau perusahaan outsorcing agar lebih selektif menyalurkan tenaga kerja serta mendatangkan pekerja dari luar dan penting kiranya mereka para pekerja asing dibekali pengetahuan tentang nilai-nilai kearifan lokal sebagaimana yang sudah saya sampaikan sebelumnya ketika ada wartawan yang menghubungi saya serta saya meminta kepada pengamat agar tidak memperuncing masalah lebih kepada memberi masukan yang edukatif demi menjaga keutuhan NKRI tutup SAdAP.
0 Komentar