Marak bentrok antar kelompok di Makassar, SAdAP : Harus ada efek jera ke pelaku

Makassar - Perkelahian antar kelompok yang terjadi di kota makassar begitu meresahkan. Kejadian tersebut berulang dan memakan korban, seperti baru-baru ini terjadi di kawasan Jalan Monginsidi. 

Sehari pasca lebaran Idul Fitri bentrokan warga yang melibatkan anak-anak muda ini tidak terhindarkan, pasalnya sudah seperti menjadi tradisi, terus terulang dengan motif yang sama yaitu dendam antar kelompok.

Hal ini kemudian mendapat atensi khusus dari berbagai pihak yang prihatin melihat kondisi tersebut, salah satunya dari Syarifuddin Daeng Punna Tokoh Masyarakat Sulsel yang ada di Jakarta.

Menurut pria yang akrab disapa SAdAP ini, salah satu yang menyebabkan terjadinya perang kelompok di Makassar karena kurangnya pengawasan dari orang tua sebab para pelaku rata-rata masih duduk di bangku sekolah, masih dikategorikan anak dibawah umur. 

Kasihan orang tuanya, anak-anak yang seharusnya mengukir prestasi diusia menanjak remaja justru terpola dengan kehidupan lingkungannya yang negatif terangnya. Anak-anak yang tergolong masih sekolah seharusnya diawasi secara ketat, disekolah dan dirumah agar tidak terkooptasi dengan kenakalan remaja yang akan merusak masa depannya dikemudian hari. Maka dari itu saya harap agar orang tua dan para guru disekolah senantiasa memberikan edukasi-edukasi yang positif guna mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat perbuatan anak-anak didiknya yang membahayakan keselamatannya.

Selain itu saya juga berharap agar aparat kepolisian dapat menindak secara tegas tanpa pandang bulu para pelaku tawuran yang meresahkan warga di kota makassar. Jangan ada tebang pilih karena tindakan mereka membahayakan nyawa orang lain, jika mereka dibawah umur, minta persetujuan orang tuanya agar dapat dilakukan pembinaan ditahanan agar mereka dapat menyadari setiap perbuatan yang dilakukan begitu berbahaya. Tidak ada yang kebal hukum jika menyangkut nyawa orang lain tambahnya.

Lanjutnya, aparat gabungan juga diharapkan proaktif melakukan patroli di wilayah yang rawan terjadi gesekan, dan saya rasa peta kerawanan sudah terurai, hanya saja dibutuhkan dukungan pemerintah dalam hal ini pemerintah kota untuk bersinergi dalam hal anggaran operasional. Hal ini dilakukan agar Makassar tidak lagi menjadi daerah kategori rawan perang kelompok, setidaknya potensi bentrokannya dapat terminimalisir. 

Dulu di era tahun 80-90-an aparat di Polsek-polsek dibagi menjadi beberapa kelompok untuk penjagaan pengamanan tiap wilayah terdiri dari tiga kelompok, satu kelompok berjumlah 12-13 orang personel. Selain melakukan penjagaan diwilayah masing-masing, para petugas rutin melaksanakan patroli diatas jam 22.00 sampai subuh hari. 

selain itu kru garnisun juga yang merupakan petugas dari TNI begitu ditakuti warga, sebab yang kedapatan berkeliaran dimalam hari tanpa ada kejelasan akan di interogasi dan apabila ditemukan gerak-gerik mencurigakan maka garnisun akan menahan dan dilakukan pemeriksaan bersama dengan aparat kepolisian. Kalaupun kedepannya pola penanganan konflik seperti ini bisa diterapkan kembali saya rasa makassar akan aman dan masyarakat tidak lagi merasa khawatir adanya bentrokan warga susulan. 

Olehnya itu Pemerintah kota makassar beserta DPRD dapat membahas hal ini agar masyarakat dapat terjamin keamanannya, anak-anak yang biasanya ugal-ugalan dijalan raya dapat dipersempit ruang geraknya, apalagi baru-baru ini saya melintas di daerah tanjung dimana Walikota Makassar dan pihak polrestabes makassar telah menyiapkan fasilitas untuk balapan agar bakat anak-anak kita dibidang balapan road race dapat tersalurkan, hal ini saya nilai sebagai langkah yang tepat dan patut untuk diapresiasi tutup SAdAP.

Posting Komentar

0 Komentar