Tradisi penyambutan tamu kehormatan yang dilakukan dengan prosesi adat angngaru merupakan tradisi sakral yang terus dirawat oleh bangsa atau suku Bugis- Makassar. Tradisi untuk menyambut tamu-tamu penting kerajaan merupakan warisan adat dan istiadat yang turun temurun dilakukan di lingkungan kerajaan, hingga saat ini dan prosesinya tidak sembarangan.
Dulu pernah terjadi prosesi angngaru yang dilakukan oleh salah satu bakal calon walikota makassar Syarifuddin Daeng Punna. Penyambutan dengan tradisi adat kerajaan menuai polemik, tidak sedikit pemerhati budaya, adat-istiadat yang mengkritisinya karena dianggap melunturkan nilai kesakralannya, dan hal itu kemudian disadari oleh Syarifuddin Daeng Punna, karena jika penyambutan secara adat dilakukan maka sama halnya kita telah menginjak-injak adat istiadat kita sendiri dan tentunya merendahkannya, sebab prosesi tersebut dikhususkan kepada tamu kehormatan yang datang berkunjung ke Sulawesi Selatan.
Kejadian seperti itu kembali menuai polemik setelah beredar video yang menayangkan seorang yang disambut angngaru dibandara Sultan Hasanuddin Makassar, dengan penampilan yang terkesan tidak sesuai dengan prosedur, mengenakan kaos oblong seadanya, sehingga banyak pemerhati budaya yang menilai kesakralan angnggaru sudah terdistorsi oleh keadaan kekinian, dan dianggap tidak lagi bermakna sebagai prosesi adat melainkan penyambutan biasa.
Menyoroti hal tersebut, Syarifuddin Daeng Punna salah satu pendiri/pembina Persatuan Adat Nusantara Indonesia (PANI) turut berkomentar. Sebagai orang yang pernah mendapat kritikan terkait hal itu, Menurutnya angngaru dan tari padupa merupakan warisan adat leluhur kita, jangan dirusak kesakralannya ucap pria yang akrab disapa SAdAP ini ketika dihubungi media. Dan terkait Penyambutan salah satu anggota LSM dengan Prosesi Angngaru yang beredar Viral di Media Sosial, banyak pihak yang mengira bahwa saya dibalik itu semua, banyak yang menghubungi saya dan menanyakan terkait itu semua, dan saya nyatakan bahwa semua itu tidaklah benar. Orang yang ada dalam video tersebut saya kenal dekat dan bagian dari kami, namun terkait dengan kegiatan serta pergerakannya selama di Jakarta saya tidak tahu dan mencampuri. Hal-hal yang dilakukan adalah spontanitas LSM yang di Pimpinnya dan semua dilakukan tanpa sepengetahuan kami, Hanya saja saya berharap agar apa yang dilakukan harus menjunjung tinggi nilai-nilai sipakatau, sipakainge, dan sipakalebbi, karena persaudaraan sesamba orang bugis-makassar wajib dijaga dimanapun kita berada. Dan hal ini juga penting bagi saya untuk meluruskan persepsi publik kepada saya, karena persoalan ini sudah menuai sorotan dari berbagai pihak termasuk kerabat yang ada di KKSS.
Saya sangat menyayangkan video yang beredar viral tersebut, ketika membuka obrolan Whats App ternyata menuai sorotan dari para pemerhati adat kerajaan. Olehnya itu, tradisi angngaru jangan digunakan untuk sesuatu yang bertentangan dengan apa yang leluhur kita titipkan, yaitu penyambutan tamu-tamu kehormatan, sekali lagi saya harap agar kita sebagai generasi penerus agar tidak merusak kesakralannya. Saya juga mengingatkan kepada kita semua, agar rawat dan jaga soliditas sesama orang Sulsel, sipakainge, sipakalebbi dan sipakatauki. Cukup saya saja yang pernah mendapat kritikan dari salah satu Budayawan Asmin Amin krg Ledeng kakak dan guru saya selaku pemerhati adat, banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan dari beliau, tuturnya.
Lanjutnya pesan saya, Mari rawat kebersamaan dengan saling mengingatkan satu dengan yang lainnya, jaga adat istiadat kita dimana pun berada, karena perantau bugis-makassar disegani karena solidaritasnya, dan saling membantu satu sama lainnya di rantauan tutup SAdAP.
0 Komentar