Tepat Hari AIDS Sedunia, Klinik Utama Glori Medika Hadir di Tengah Masyarakat

 

Foto : Istimewa

Catatannasional- Jakarta – Sudah lebih dari 30 tahun dunia memperingati tanggal 1 Desember sebagai Hari AIDS Sedunia. Tahun 2021 ini, Hari AIDS mengusung tema “Akhiri ketimpangan. Akhiri AIDS.” Tema ini menyadarkan kita, sekaligus memberi pesan penting akan adanya ketimpangan sosial dalam masyarakat, dalam mengakses fasilitas kesehatan untuk pencegahan, pengujian, pengobatan, dan perawatan penyakit HIV/AIDS. Padahal, penyakit berbahaya yang belum ada obatnya ini bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal kelompok atau status sosial.

Tak hanya HIV/AIDS, sederet masalah penyakit berbahaya lain, baik menular maupun tidak, juga masih mendominasi dunia kesehatan Indonesia. Penyakit yang paling banyak menyerang masyarakat kita antara lain hipertensi, diabetes mellitus, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

“Indonesia masih mengalami double burden of disease di mana penyakit menular masih menjadi tantangan dan penyakit tidak menular meningkat tajam. Penyakit tidak menular atau penyakit kronis dengan durasi yang panjang, dengan proses penyembuhan atau pengendalian kondisi klinis yang umumnya lambat, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit paru obstruktif kronis, dan bebagai jenis kanker mengalami peningkatan, dan menjadi penyebab terbesar kematian berdasarkan riset WHO pada tahun 2013,” ungkap dr. Henny Fachrudin, MARS, Dokter Penanggungjawab Klinik Utama Glori Medika, Sunter melalui rilis resminya, Rabu (1/12/2021).

Bahkan beberapa di antara penyakit berbahaya tersebut, dikenal dengan istilah “silent killer”, karena sifatnya yang tanpa menunjukkan gejala di awal dan membuat pasien tidak menyadari dirinya memiliki risiko tinggi.

“Saat akhirnya menyadari, ia telah mendapati dirinya sudah memiliki penyakit penyulit atau komplikasi. Riskesdas 2013 dan studi di puskesmas menunjukkan hanya sepertiga penderita hipertensi (36,8%) yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan hanya 0,7% yang berobat. Begitu juga dengan penderita diabetes, sering memiliki gejala yang begitu ringan mulai dari lemas, merasa sering lapar dan haus, ataupun sering buang air kecil. Penyakit ini semakin lama semakin berkembang dan merusak berbagai organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, dan lain-lain,” jelas dr. Henny.

Tak dapat dipungkiri, penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan deretan penyakit kronis yang dahulu identik dengan orang tua, kini sering ditemukan menyerang usia muda, bahkan remaja.

Dokter Penaggungjawab Teknis Klinik Utama Glori Medika, dr. Yosephine, juga mengungkapkan bahwa angka kasus penyakit jantung koroner di Indonesia mencapai 12,1% dari total populasi, dan semakin banyak diidap oleh kelompok usia muda, yakni 39% berusia kurang dari 44 tahun, dan 22% dari pengidap jantung usia muda berada di kisaran 15-35 tahun.

“Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, terdapat sebesar 8,7% penderita hipertensi berusia 15-24 tahun. Kemudian tahun 2018 angka ini menunjukkan peningkatan menjadi 13,2% dengan rentang usia muda yang lebih sempit yakni 18-24 tahun. Ikatan Dokter Anak Indonesia menyatakan angka kejadian diabetes melitus pada anak usia 0-18 tahun mengalami peningkatan sebanyak 7x lipat selama jangka waktu 10 tahun,” papar dr. Yosephine.

Memang, pada umumnya penyakit tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan dan lingkungan sekitar. Namun, pada anak muda, faktor utama yang menjadi pemicu adalah gaya hidup yang buruk seperti merokok, kebiasaan makan tidak sehat, konsumsi gula berlebih, serta kurang olahraga.

Meski demikian, penyakit-penyakit yang tergolong ke dalam penyakit kronis tersebut dapat dicegah dan dikendalikan agar tidak membahayakan kesehatan. Selain menjaga pola hidup sehat, hal utama yang harus dilakukan adalah meningkatkan kesadaran untuk melakukan deteksi dini secara berkala.

Tak hanya untuk mendeteksi dini penyakit, pemeriksaan medis rutin juga bermanfaat untuk mengurangi biaya pengobatan jangka panjang, sebab semakin cepat sebuah penyakit ditemukan, semakin mudah untuk ditangani dan diobati. Terlebih lagi, adanya wabah covid-19 yang menjadi ancaman tersendiri bagi mereka yang memiliki penyakit berat, yang biasa disebut dengan komorbid.

“Komorbid adalah masalah kesehatan yang serius, karena adanya dua kondisi atau lebih yang dialami pasien, meningkatkan kemungkinan rawat inap dan risiko kematian serta memengaruhi kualitas hidup. Oleh karena itu pengendalian penyakit penyerta pada pasien selama masa pandemi dengan deteksi dini dan pemeriksaan medis rutin dapat mencegah keparahan dan lama rawat apabila pasien terinfeksi covid-19,” ujar dr. Henny.

Mendukung kemudahan masyarakat mengakses fasilitas kesehatan, baik untuk pemeriksaan maupun perawatan, Klinik Utama Glori Medika kini hadir di Jakarta. Berdiri dengan izin operasional per 1 November 2021 di Ruko Green Lake Sunter, Jakarta Utara, fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat ini melayani kebutuhan medis dasar dan spesialistik, dilengkapi ruang tindakan medis, poliklinik untuk pemeriksaan dokter umum dan dokter spesialis, pemeriksaan covid-19 berupa antigen dan RT-PCR, medical check-up, hingga laboratorium covid-19.

“Misi kami adalah memberikan layanan kesehatan yang baik bagi masyarakat dengan memperhatikan hak dan kewajiban pasien, peningkatan mutu tenaga medis melalui pelatihan-pelatihan yang berkelanjutan, dan harapan kami untuk dapat menerapkan manajemen kendali mutu melalui sertifikasi ISO,” jelas Asnan Bustamam selaku Direktur Utama Klinik Utama Glori Medika.

Kedepannya, Asnan mengaku berencana untuk menambah jenis pelayanan di poliklinik dengan kehadiran dokter-dokter spesialis lainnya, sehingga masyarakat dapat menemukan solusi medis di Klinik Utama Glori Medika. Selain itu, ia juga berencana untuk mengembangkan jaringan klinik di beberapa kota, dengan harapan agar semakin banyak masyarakat yang dapat terlayani untuk pemeriksaan dan pengobatan yang terjangkau.

Posting Komentar

0 Komentar