CatatanNasional.com - Dewan Pembina PANI Syarifuddin Daeng Punna menyampaikan, kericuhan di Kesultanan Cirebon Jadi pelajaran bagi Pemangku adat agar tetap menjaga nilai kearifan lokal.
Syarifuddin Daeng Punna adalah tokoh Hadat dan Adat Masyarakat Sulsel di Jakarta yang juga salah satu Pendiri dan dewan Pembina Pasukan Adat Nusantara Indonesia (PANI) menyayangkan terjadinya kericuhan di area Kesultanan Cirebon. Hal ini SAdAP setelah melihat video yang beredar di Beberapa grup sosial media.
Selaku pendiri sekaligus Dewan Pembina PANI, saya menyayangkan dan mengecam aksi kericuhan berebut kekuasaan ribut di lingkungan cagar budaya apalagi ini pelantikan perangkat kesepuhan cirebon semacam itu, kejadian di Area Kesultanan cirebon ini sama halnya tidak menghargai leluhur apalagi kesultanan cirebon itu adalah sebuah kesultanan di Jawa abad 15-16 dan merupakan pangkalan penting jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau juga kerajaan cirebon bercorak Islam ternama berasal dari Jawa Barat, tempat yang sangat Sakral sebab disitu lahir Pemimpin dan ulama ulama besar, juga Hadat dan adat istiadat harus dilestarikan oleh penerus tahta kesultanan cirebon.
Lanjutnya, semoga kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Saya berharap kepada anggota PANI yang dalam hal ini DPD I Provinsi Jawa Barat di Cirebon agar dapat menjadi penengah atas kekisruhan yang terjadi, tetap menjadi penjaga warisan leluhur yang ada disana sebab dikhawatirkan muncul provokator yang mencoba untuk memecah belah kesultanan Cirebon.
Sebagaimana diketahui, PANI telah terbentuk disemua provinsi Se-Indonesia. PANI merupakan organisasi yang menghimpun PASUKAN ADAT penjaga Marwah Hadat dan adat istiadat kerajaan Nusantara yang diwariskan secara turun temurun, selain itu tugas utamanya adalah menengahi setiap masalah yang dihadapi oleh kerajaan yang masih eksist yang ada di wilayah NKRI ungkap KETUM DPP PANI Muh. Akbar Amir Sultan Aliyah Raja Tallo XIX Makassar lewat WA tlp bersama Syarifuddin Daeng Punna Salah satu Pewaris Kerajaan Balasuka Daratan Tinggi Gowa.
0 Komentar